Seorang dewi
telah menjadi sebuah buku dalam hidupku yang bisa aku pahami di setiap
halamannya dan dapat aku nyanyikan segala pujian yang terkandung di dalamnya
namun yang ta’kan pernah bisa aku selesaikan untuk membacanya, seorang wanita
yang telah di lengkapi oleh tuhan dengan keindahan jiwa raga nyata sekaligus
maya bagiku yang hanya bisa aku pahami dengan cinta dan kasih.
Aku selalu
berfikir bisakah orang mati mendengar nyanyian burung bulbul?.. Dapatkah
seorang hukuman menikmati semilir angin fajar?.. Mungkinkah diam lebih
menyakitkan daripada kematian?.. Apakah kebangga’an menghalangi aku untuk
melukiskan seorang Dewi dalam kata-kata yang jujur dengan warna cahaya
cemerlang?.. sa’at ini aku seperti seorang laki-laki lapar di sebuah gurun
pasir yang ta’ mau menolak makan roti kering jika tuhan ta’ melimpahiku dengan
air mata.
Setiap Sang dewi
berkunjung ia selalu memberikan makna baru bagi kecantikannya dan sebuah
pandangan baru di dalam jiwanya yang manis hingga aku mengagumi kecerdasannya
serta mendengarkan kesedihannya yang bisu.
Dalam naungan
busana yang menyelimuti tubuhnya Sang Dewi nampak langsing seperti seberkas
cahaya rembulan yang menembus jendela hatiku. Dia berjalan dengan anggunnya penuh irama, suaranya lirih manis begitu merdu
di telinga, kata-kata yang terucap dari bibirnya seperti tetes embun jatuh dari
daun mahkota bunga ketika di landa angin.
Tetapi wajah Sang
dewi!!, ta’ ada kata-kata yang bisa melukiskan expresinya, yang mula-mula
membayangkan derita batin yang dalam, dengan semua kenyata’an sorgawi.
Kecantikan wajah
Sang dewi bukanlah klasik; kecantikan itu laksana impian ilham yang ta’ dapat
di ukur atau di ikat atau di rekam dengan kuas pelukis atau pahat sang
pematung. Kecantikan Sang dewi bukanlah pada pirang rambutnya yang ke emasan
namun pada kebajikan dan kemurnian yang melingkunginya, tidak pada matanya yang
lebar namun pada cahaya yang memancar dari dalamnya, tidak juga pada bibirnya
namun pada manis tutur katanya, kecantikannya laksana sebuah kurnia puisi namun
para penyair adalah orang-orang yang celaka karenanya, ta’peduli betapa tinggi
yang dapat di capai oleh semangat mereka,, mereka tetap terjebak dalam selubung
air mata.
Sang dewi lebih
suka tenggelam dalam renungan daripada banyak bicara,dan diamnya adalah sebuah
musik yang membawa seseorang ke dalam dunia impian yang membuatnya mendengarkan
detak detak jantungnya dan menyaksikan hantu hantu dari pikiran pikiran dan
perasa’an perasa’an yang menghadang di depannya, memandang ke dalam matanya.
Sang dewi
mengenakan baju duka cita di sepanjang waktunya dan itu makin memperindah
kecantikannya yang luar biasa seperti sebatang pohon berbunga yang makin cantik
bila dilihat lewat bening embun fajar pagi.
Kesedihan
menghubungkan jiwanya dengan jiwaku, seolah masing masing menyaksikan di wajah
yang lain apa yang terasa di hati, serta mendengar gema suara yang menggema
tersembunyi, Tuhan telah menciptakan dua tubuh menjadi satu,dan perpisahan
hanyalah akan berarti jadi sebuah duka derita nestapa.
Jiwa yang duka
menemukan ketentraman manakala bersatu dengan sesamanya, jiwa-jiwa itu menyatu
dalam kebersama’an rasa, seperti orang asing girang hatinya manakala ia bertemu
dengan orang asing lainnya di negeri asing. Segala hati yang di satukan lewat
duka cita ta’ akan terpisahkan oleh kemenangan rasa bahagia. Cinta yang di basuh
oleh air mata akan tetap murni dan indah di sepanjang waktunya.
Di saat Sang
dewi berkunjung dia duduk di sampingku, ia nampak seperti sekuntum bunga bakung
yang tertunduk pada hamparan rumput hijau yang terhembus oleh dinginnya angin
malam,tuhanlah yang menghendaki aku bersama Sang dewi yang sudah ta’ sendiri
lagi, berdua’an di hari malam di depan rumahku yang penuh pepohonan,tempat
bersemayam keheningan, cinta kasih, dan kebajikan bersama.
Terkadang kami
sama-sama diam masing- masing menunggu yang lain untuk berbicara, namun
berbicara bukanlah satu-satunya cara untuk saling mengerti antara dua jiwa,
bukanlah kata-kata yang keluar dari bibir dan lidah yang bisa menyatukan dua
hati nurani.
I'm always there for you
Ada yang lebih
agung dan murni daripada yang keluar yang di utarakan oleh mulut. Keheningan
menerangi jiwaku berbisik kedalam jantung hatiku dan menyatukannya, keheningan
memisahkan diriku dan dirinya membawaku melayari cakrawala jiwa dan
mendekatkanku pada sorga yang di milikinya, keheningan menyadarkan aku bahwa
tubuh ta’ lebih dari penjara dan dunia ini ta’ lebih dari tempat pengasingan.
Setiap keindahan
dan keagungan dalam dunia ini tercipta oleh suatu pikiran atau rasa yang
tunggal dalam diri seorang manusia, setiap sesuatu yang kita saksikan hari ini
yang di buat oleh generasi-generasi masalalu, sebelum kemunculannya adalah
suatu pikiran dalam benak seorang manusia atau suatu cita rasa dalam hati
seorang wanita, berbagai revolusi yang begitu banyak mengalirkan darah dan
mengubah pikiran manusia ke arah kebebasan adalah cita-cita seorang manusia
yang hidup di tengah-tengah ribuan manusia.
Berbagai
peperangan yang sia-sia, yang menghancurkan berbagai kerajaan, adalah pikiran
yang muncul dalam benak satu orang, segala ajaran luhur yang mengubah keada’an
umat manusia adalah pikiran-pikiran seorang manusia yang di campakkan dari
lingkungannya oleh otaknya yang cemerlang, pikiran satu orang membangun
piramid-piramid, menegakkan ajaran kejaya’an islam dan menyebabkan pembakaran
perpustaka’an di Alexandria.
0 komentar:
Posting Komentar