0 Dewi Alexandria


Seorang dewi telah menjadi sebuah buku dalam hidupku yang bisa aku pahami di setiap halamannya dan dapat aku nyanyikan segala pujian yang terkandung di dalamnya namun yang ta’kan pernah bisa aku selesaikan untuk membacanya, seorang wanita yang telah di lengkapi oleh tuhan dengan keindahan jiwa raga nyata sekaligus maya bagiku yang hanya bisa aku pahami dengan cinta dan kasih.

Aku selalu berfikir bisakah orang mati mendengar nyanyian burung bulbul?.. Dapatkah seorang hukuman menikmati semilir angin fajar?.. Mungkinkah diam lebih menyakitkan daripada kematian?.. Apakah kebangga’an menghalangi aku untuk melukiskan seorang Dewi dalam kata-kata yang jujur dengan warna cahaya cemerlang?.. sa’at ini aku seperti seorang laki-laki lapar di sebuah gurun pasir yang ta’ mau menolak makan roti kering jika tuhan ta’ melimpahiku dengan air mata.

Setiap Sang dewi berkunjung ia selalu memberikan makna baru bagi kecantikannya dan sebuah pandangan baru di dalam jiwanya yang manis hingga aku mengagumi kecerdasannya serta mendengarkan kesedihannya yang bisu.

Dalam naungan busana yang menyelimuti tubuhnya Sang Dewi nampak langsing seperti seberkas cahaya rembulan yang menembus jendela hatiku. Dia berjalan dengan anggunnya  penuh irama, suaranya lirih manis begitu merdu di telinga, kata-kata yang terucap dari bibirnya seperti tetes embun jatuh dari daun mahkota bunga ketika di landa angin.

Tetapi wajah Sang dewi!!, ta’ ada kata-kata yang bisa melukiskan expresinya, yang mula-mula membayangkan derita batin yang dalam, dengan semua kenyata’an sorgawi.

Kecantikan wajah Sang dewi bukanlah klasik; kecantikan itu laksana impian ilham yang ta’ dapat di ukur atau di ikat atau di rekam dengan kuas pelukis atau pahat sang pematung. Kecantikan Sang dewi bukanlah pada pirang rambutnya yang ke emasan namun pada kebajikan dan kemurnian yang melingkunginya, tidak pada matanya yang lebar namun pada cahaya yang memancar dari dalamnya, tidak juga pada bibirnya namun pada manis tutur katanya, kecantikannya laksana sebuah kurnia puisi namun para penyair adalah orang-orang yang celaka karenanya, ta’peduli betapa tinggi yang dapat di capai oleh semangat mereka,, mereka tetap terjebak dalam selubung air mata.

Sang dewi lebih suka tenggelam dalam renungan daripada banyak bicara,dan diamnya adalah sebuah musik yang membawa seseorang ke dalam dunia impian yang membuatnya mendengarkan detak detak jantungnya dan menyaksikan hantu hantu dari pikiran pikiran dan perasa’an perasa’an yang menghadang di depannya, memandang ke dalam matanya.

Sang dewi mengenakan baju duka cita di sepanjang waktunya dan itu makin memperindah kecantikannya yang luar biasa seperti sebatang pohon berbunga yang makin cantik bila dilihat lewat bening embun fajar pagi.

Kesedihan menghubungkan jiwanya dengan jiwaku, seolah masing masing menyaksikan di wajah yang lain apa yang terasa di hati, serta mendengar gema suara yang menggema tersembunyi, Tuhan telah menciptakan dua tubuh menjadi satu,dan perpisahan hanyalah akan berarti jadi sebuah duka derita nestapa.

Jiwa yang duka menemukan ketentraman manakala bersatu dengan sesamanya, jiwa-jiwa itu menyatu dalam kebersama’an rasa, seperti orang asing girang hatinya manakala ia bertemu dengan orang asing lainnya di negeri asing. Segala hati yang di satukan lewat duka cita ta’ akan terpisahkan oleh kemenangan rasa bahagia. Cinta yang di basuh oleh air mata akan tetap murni dan indah di sepanjang waktunya.

Di saat Sang dewi berkunjung dia duduk di sampingku, ia nampak seperti sekuntum bunga bakung yang tertunduk pada hamparan rumput hijau yang terhembus oleh dinginnya angin malam,tuhanlah yang menghendaki aku bersama Sang dewi yang sudah ta’ sendiri lagi, berdua’an di hari malam di depan rumahku yang penuh pepohonan,tempat bersemayam keheningan, cinta kasih, dan kebajikan bersama.

Terkadang kami sama-sama diam masing- masing menunggu yang lain untuk berbicara, namun berbicara bukanlah satu-satunya cara untuk saling mengerti antara dua jiwa, bukanlah kata-kata yang keluar dari bibir dan lidah yang bisa menyatukan dua hati nurani.

I'm always there for you

Ada yang lebih agung dan murni daripada yang keluar yang di utarakan oleh mulut. Keheningan menerangi jiwaku berbisik kedalam jantung hatiku dan menyatukannya, keheningan memisahkan diriku dan dirinya membawaku melayari cakrawala jiwa dan mendekatkanku pada sorga yang di milikinya, keheningan menyadarkan aku bahwa tubuh ta’ lebih dari penjara dan dunia ini ta’ lebih dari tempat pengasingan.

Setiap keindahan dan keagungan dalam dunia ini tercipta oleh suatu pikiran atau rasa yang tunggal dalam diri seorang manusia, setiap sesuatu yang kita saksikan hari ini yang di buat oleh generasi-generasi masalalu, sebelum kemunculannya adalah suatu pikiran dalam benak seorang manusia atau suatu cita rasa dalam hati seorang wanita, berbagai revolusi yang begitu banyak mengalirkan darah dan mengubah pikiran manusia ke arah kebebasan adalah cita-cita seorang manusia yang hidup di tengah-tengah ribuan manusia.

Berbagai peperangan yang sia-sia, yang menghancurkan berbagai kerajaan, adalah pikiran yang muncul dalam benak satu orang, segala ajaran luhur yang mengubah keada’an umat manusia adalah pikiran-pikiran seorang manusia yang di campakkan dari lingkungannya oleh otaknya yang cemerlang, pikiran satu orang membangun piramid-piramid, menegakkan ajaran kejaya’an islam dan menyebabkan pembakaran perpustaka’an di Alexandria.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Amburadul Republik Copyright © 2015 - |- Template Modified by A.M - |- Powered by Komunitas Blogger Madura